Tulisan ini khusus untuk orangtua yang masih berpikir bahwa film kartun adalah film anak. Kenyataannya, tidak semua (bahkan banyak) film kartun yang tidak layak untuk ditonton anak. Sependek pengetahuan saya, film kartun bisa terbagi kpd beberapa kategori:
1. Film kartun untuk dewasa. Yang ini jelas2 terlarang untuk anak2. Krn meskipun dikemas dlm bentuk animasi, ceritanya adalah cerita dewasa. Bahkan ada pula film porno dlm btk film kartun.
2. Film kartun untuk anak. Seringnya film kartun dinyatakan sebagai film semua umur. Namun kita tidak bisa juga menyamaratakan semua anak menjadi satu kelompok usia saja. Karenanya, saya mencoba membaginya ke beberapa kelompok usia:
a. Balita: film kartun yang bisa ditonton oleh balita, menurut sy adalah film kartun dg dialog yang mudah dipahami, tidak ada kata2 kasar, tidak ada tokoh jahat. Kalaupun ada tokoh yg ‘tidak baik’, perannya minim dan ‘ketidakbaikannya’ bisa dijelaskan kepada anak kita dan anak kita pun mengerti. Contohnya film2 ini seperti Timmy time, Pocoyo, Monkey see monkey do, Doc Mcstuffin dan kebanyakan film2 di Disneyjunior (kalo anda langganan tv cable) menurut saya merupakan film2 yg cukup ramah anak.
b. Film kartun untuk anak (kid) usia 5-8 tahun, kira2 SD awal. Kemampuan bahasa dan komunikasi anak2 usia SD tentunya semakin meningkat. Karena film anak dengan sedikit ‘konflik/drama’ bisa dicerna oleh mereka, dan orangtua jg akan lbh mudah menjelaskan ‘konflik’ tsb. Misalnya film Finding Nemo dan Kungfu Panda.
C. Film kartun untuk ABG (usia 9-14). Usia ABG gini biasanya mulai baligh, mulai kenalan sama cinta2an. Mereka malah mungkin ga pengen nonton kartun. Tapi menurut saya, ada kartun yang lebih ‘pas’ ditonton oleh anak ABG daripada anak balita, spt Cinderella dan cerita Princess lainnya, juga serial Barbie. Kenapa? Karena cerita Princess2 ini selalu melibatkan Prince Charming, romance. Bahkan kalau ga salah ada adegan kissing-nya. Menjelaskan anak ABG tentang romance tentunya lebih mudah daripada kita harus ngejelasin ke anak balita.
D. Film kartun untuk remaja (15-17). Hmmm, sepertinya Shrek lebih pantas untuk remaja deh, mengingat kadang2 ada dialog yg ‘konyol’ dan kehidupan suami istri.
Yaa, kurang lebih begitulah. Soal batasan usia bisa beragam. Soal pemahaman anak juga pastinya beragam. Orangtua lah yang lebih mengetahui. Nilai2 yang ingin ditanamkan orangtua kepada anaknya juga berbeda sehingga berpengaruh pada tontonan yang diberikan kepada anaknya. Misalnya, saya memilih tidak memperkenalkan tokoh2 Princess atau boneka Barbie kpd anak saya, krn baju2 yang mereka kenakan terbuka. Itu adalah pilihan saya.
Jumlah judul film yang saya jadikan contoh juga hanya sedikit dan kebanyakan film2 lama. Ada film2 yang saya masih ragu untuk ditempatkan di kategori usia brp krn saya belum nonton atau lupa ceritanya. Tp yang jelas bukan untuk balita, spt Tom n Jerry (dan yang ‘agak sadis’ lainnya), Bernard Bear (dan yang tokoh utamanya sial melulu), Shaun the sheep (ada babi2 jahat, kucing ‘sadis’, majikannya Shaun yang ‘gak jelas’, ada ‘romance’), dan Ben 10 (dan serial berantem2 lainnya).
Yang terbaik memang meniadakan tv/tontonan. Apalagi untuk anak usia di bawah 3 tahun. Kalau memang tidak bisa 100%, ya harus diusahakan seminimal mungkin. Dan yang penting, orangtua nonton dulu filmnya supaya tau isi filmnya. Last but not least, dampingi anak menonton supaya kita bisa langsung memberi pemahaman sesuai nilai2 kita. Mudah2an bermanfaat. 🙂